Legenda Dae La Minga akan Ditampilkan dalam Acara Selendang Sutera 2017, Mari Saksikan Bersama!

Informasi Acara.
Yogyakarta, pusmajambojojogja.or.id -- Selendang Sutera merupakan sebuah acara pertunjukan beragam kesenian Budaya dari berbagai daerah mulai dari sabang sampai merauke salah satunya di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya Bima. Acara ini di persembahkan oleh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Indonesia (IKPMDI) Yogyakarta. Dalam Acara ini, Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa NTB mempertunjukan salah satu cerita Rakyat yaitu tentang Legenda Dae La Minga yang akan di tampilkan pada (12/11/2017) besok pukul 20.00 WIB di XT Square Yogyakarta.

“Besok IKPM NTB akan menampilkan sebuah drama ataupun Tari dari daerah Bima, yang dimana pentas ini merupakan salah satu kontribusi mahasiswa Bima pada wilayah tradisi dan kebudayaan. Walaupun pentas ini untuk memenuhi undangan dinas kebudayaan DIY lewat IKPMDI Yogyakarta, dan IKPMDI Yogyakarta mengkomunikasikan dengan IKPM dari berbagai dari 34 provinsi. IKPM NTB yang diwakili oleh KEPMA Bima-Yogyakarta. Sanggar Seni dan Tradisi Rimpu ini Menampilkan tarian Legenda Dae La Minga yang di mana dalam cerita Dae La Minga ini di dalamnya terdapat tarian-tarian juga antara lain Tari wura bongi monca (Tarian Selamat Datang), Tari Dae La Minga dan Mpa’a Gantao (Silat Bima). Dengan adanya acara ini semoga kedepannya acara ini bisa di laksanakan oleh kita sendiri tentunya dengan dukungan dari semua elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah Bima dan NTB maupun oleh para pemuda-pemuda yang peduli dengan tradisi dan Budayanya.” kata Agus Salim selaku Ketua Umum KEPMA Bima-Yogyakarta/IKPM NTB.   

Adapun sekilas Cerita tentang Legenda Dae Laminga ini yaitu di sebuah desa terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan Sanggar yang di pimpin oleh Ruma Sangaji, dan Ruma Sangaji mempunyai seorang anak gadis yang sangat cantik jelita bernama Dae La minga. Disuatu hari kesultanan sanggar menyelenggarakan sebuah pesta yang di hadiri oleh seluruh warga sanggar dan tamu-tamu kerajaan. Adapun dua tamu kerajaan atau pangeran kerajaan  yang hadir pada pesta itu antara lain pangeran-pengeran dari kerajaan Pekat dan Kerajaan Tambora. Dari kedua Pangeran kerajaan ini ingin mempersuntik Dae Minga dan mereka pun berselisih, melihat suasanya seperti itu Dae la Minga memilih untuk mengasingkan diri ke moti la Halo, sebelum di asingkan ke moti la Halo, Dae Minga melakukan tarian perpisahan bersama dayang-dayangnya, sehabis tarian itu Dae Minga mininggalkan sumpah. Adapun inti dari sumpah itu, Al Imanuddin menyebutkan, “Wahai seluruh warga sanggar, biarlah aku yang mengalami nasib seperti ini jangan lagi kalian, pesona dan kecantikan akan ku bawa semua, jika hanya untuk mengundang kerusuhan buanglah saya ke moti la Halo.” kata Al Imanuddin sekalu koordinator cerita legenda Dae La Minga saat memperagakan ulang kisah tersebut.

Mari kita sama-sama dukung pelestarian kebudayaan dan kesenian daerah di seluruh nusantara, salahsatu caranya dengan ikut meriahkan, datang menonton dan memberikan semangat, yuk besok kita rame-rame bergegas menonton pertunjukannya.


Penulis: Siti Hawa
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta / Pemudi asal Bima NTB.