Home » , » Kekeliruan dalam Memilih Ilmu Eksak dan Ilmu Non Eksak

Kekeliruan dalam Memilih Ilmu Eksak dan Ilmu Non Eksak


Dalam pemilihan karir seorang anak  diperlukan seorang konsultan atau guru atau orang tua dalam mambantu menentukan pilihan karir mereka sesuai minat dan kepribadian yang dimiliki seorang anak, karna setiap individu memiliki minat dan kemauan yang  berbeda-beda walaupun mereka saudara kembar sekalipun.  Ada yang kecenderungan memiliki potensi kearah eksak (lebih fokus ke pengetahuan yang bersifat konkret matematika, fisika, kimia, biologi, dan sejenisnya), Ada yang cenderung tertarik dengan hal-hal bersifat non eksakta (lebih terfokus kepada ilmu sosial, antropologi, psikologi, komunikasi, politik, ekonomi, dan sejenisnya). Sehingga alasan salah mengambil jurusan karna ikut teman, ikut ngentren bisa diminimalisir sejak dini. Sudah jadi sesuatu yang lazim jika ilmu eksakta terkesan keliatan lebih keren di mata masyarakat dana mbojo daripada ilmu non eksakta. Anggapan ilmu eksak lebih keren atau lebih unggul dari ilmu non-eksan adalah suatu kekeliruan yang sangat besar. Orang tua akan sangat bangga sekali mengumumkan nilai 9 pada matematika atau IPA anaknya daripada nilai agama, IPS, seni, atau PKn yang juga sama tingginya. Orang tua akan berusaha mati-matian agar anaknya masuk jurusan IPA. Guru-guru pun terkesan lebih bangga dengan siswa-siswa kelas IPA karena biasanya diisi oleh siswa-siswa penurut dan rajin. Sedangkan kelas IPS sering diidentikkan dengan siswa-siswa yang bad boy dan bad girl. Sekali lagi anggapan seperti itu sangat keliru.

Dari anggapan masyarakat yang keliru tersebut tidak sedikit seorang anak dipaksa atau terpaksa karna kondisi dan keadaan untuk belajar keilmuan yang tidak mereka minati sehingga disaat mereka melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi banyak yang pindah dari bidang yang satu ke bidang yang mereka minati.

Padahal ilmu eksak dan non eksakta tidak ada yang lebih unggul atau lebih keren, dua-duanya mempunyai kontribusi yang besar dalam kehidupan. Dua-duanya membutuhkan intelektualitas yang tinggi untuk mempelajari dan menguasainya dengan baik, dua-duanya saling berhubungan dan saling membutuhkan maka diperlukan kaloborasi. Dalam masyarakat butuh orang-orang yang ahli dibidang eksak dan non eksak karna tanpa keduanya keseimbangan dalam menjalankan roda pemerintah (masyarakat) akan berat sebelah seperti seekor elang yang sayapnya terluka sebelah. Oleh karena itu, dari pada sibuk merasa sombong karena menganggap bidang keilmuannya lebih tinggi, atau merasa minder karena menganggap bidang keilmuannya lebih cemen, jauh lebih baik jika kita mempelajari dua-duanya. Seorang dokter akan jauh lebih keren jika dia paham komunikasi dan permodalan, sehingga pasien akan bisa jauh lebih nyaman dengan penanganannya. Dia juga akan bisa meringankan biaya pengobatan karena memiliki skill permodalan yang bagus. Seorang sosiolog atau politikus, akan ajuh lebih keren dalam memetakan dan merencanakan kerja-kerjanya dengan teknologi semacam pengamatan fenomena sosial atau survey elektabilitas dengan menggunakan komputer.

Pemerintah, akademisi, para toko agama, tokoh masyarakat terutama para orang tua perlu meluruskan pemahaman bahwa eksak lebih baik dari pada non eksan, karna penting untuk keberlangsungan pembangunan dana mbojo, negara, tatanan dunia dimasa yang akan datang. Saat ini kita sama-sama tahu bahwa yang penting untuk segera diselesaikan di Dana Mbojo adalah penggunaan lahan berpindah(ngoho), kesehatan lingkungan, kesehatan makanan dan minuman, penggunaan teknologi(pemerintah, pendidikan, pertanian, ekonomi, teknologi informasi dll) masih kurang efektif dan efisien, pengembangan kompetensi para pegawai, kekurangan pengusaha, industri kreatif yang minim, masalah degradasi moral, konflik yang tidak kunjung selesai, kenakalan remasa meningkat dari tahun ketahun, menjamurnya obat terlarang, firus politik yang tidak sehat, yang lebih parah lagi politik merambat ke dunia pendidikan, betapa kacaunya pendidikan didana mbojo penuh dengan intervensi politik yang akan menghancurkan generasi-generasi dimasa mendatang maka tidak heran lagi masyarakat dana mbojo mengalami ketertinggalan dengan daerah lain, masalah tersebut perlu diselesaikan oleh para ahli yang paham betul dan kompeten di ilmu-ilmu eksak dan non eksak.

Daftar Pustaka
Anderman, Eric M. Sinatra, Gale M. Gray, DeLeon L. (2012), "The Challenges of Teaching and Learning about Science in the 21st Century: Exploring the Abilities and Constraints of Adolescent Learner". Journal Studies in Science Education, v48 n1 p89-117 2012
Ansari, Urusa. (2013). "Image of aneffective teacher in 21st century classroom". Journal of Educational and Instrctional Studies in the World, Volume: 3  Issue: 4  Article: 08
Mohamad Ali. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Bandung:Pedagogiana press.
Pavlopa, M. (2009). Technology and Vocational Education for Sustainable Development. Australia: Spinger.
Putu Sudira, (2012), "Paradigma baru Pendidikan Vokasi", http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/4653, Diakses pada 16 Desember 2014.
Kurikulum 2013
Permenristekdikti Nomor 2 Tahun 2016
UU Pendidikan Tinggi


By Nawassyarif, S.Kom.

0 komentar:

Posting Komentar